I. Pendahuluan
- A. Latar Belakang
Sistem pelumasan mesin pada mata pelajaran motor otomotif merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki/ dikuasai oleh setiap siswa sekolah menengah kejuruan jurusan teknik mekanik otomotif. Oleh sebab itu, hasil belajar sebagai indikator kualitas pendidikan perlu ditingkatkan agar peserta didik yang telah menyelesaikan studinya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) cepat terserap dalam dunia kerja. Suasana pembelajaran sistem pelumasan mesin pada mata pelajaran motor otomotif dalam hal ini teori, sering dijumpai beberapa masalah, misalnya: metode yang diterapkan oleh guru terkadang terlalu monoton terutama dalam penggunaan metode pembelajaran, yang dominan digunakan oleh guru adalah metode ceramah atau satu arah dan metode pemberian tugas.
1 |
Siswa belum terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran sehingga nampaknya mereka tidak termotivasi, dan hasil perolehan belajar yang dicapai sangat rendah. Kurangnya motivasi dan prestasi hasil belajar siswa telah menjadi permasalahan selama ini. Berdasarkan pengamatan secara langsung pada kegiatan pembelajaran sistem pelumasan mesin, umumnya siswa menampakkan sikap yang kurang bergairah. Ketidakpastian siswa tersebut akan berpengaruh negatif terhadap sasaran yang ingin dicapai karena akan mengakibatkan suasana kelas menjadi kurang aktif dan interaktif timbal balik antara guru dan siswa tidak terjadi. Siswa cenderung pasif dan hanya menerima apa saja yang diberikan oleh guru. Hanya ada beberapa siswa saja yang merasa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran perbaikan sistem pendingin mesin dengan sungguh-sungguh.
Kenyataan menunjukkan bahwa data perolehan hasil belajar siswa, tentang analisis gangguan dan cara mengatasi gangguan/ kerusakan sistem pelumasan mesin pada tahun sebelumnya kurang memuaskan yaitu pada evaluasi akhir semester genap tahun 2008/2009 hanya ada 22 orang dari 40 siswa yang mencapai nilai standar kelulusan, berarti hanya (55 %) siswa yang mencapai nilai 7,00. Sedangkan tuntutan Standar Kompetensi Belajar Minimal (SKBM), siswa harus mencapai kompetensi 75% secara klaksikal. Perolehan hasil belajar siswa yang berkaitan dengan keterampilan masih kurang efektif/berhasil yaitu tidak sesuai dengan yang diharapkan. Siswa belum sepenuhnya mampu menganalisis dan mengatasi gangguan/ kerusakan yang terjadi pada sistem pelumasan mesin.
Berangkat dari kesenjangan-kesenjangan pembelajaran dan kekurangan efektifan hasil belajar, siswa tersebut di atas, maka penulis menilai dapat dipecahkan dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri.
Penggunaan metode tersebut diharapkan ada sentuhan-sentuhan baru yang dapat meningkatkan motivasi belajar dapat menggunakan kemampuan berpikir kritis, dan siswa terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran, serta ikut bertanggung jawab terhadap terjadinya proses pembelajaran yang efektif.
- B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan mutu pembelajaran sistem pelumasan mesin pada siswa kelas XI jurusan otomotif , SMK Negeri 5 Makassar.
- C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “meningkatkan mutu pembelajaran sistem pelumasan mesin dengan menggunakan metode inkuiri pada siswa kelas XI jurusan otomotif , SMK Negeri 5 Makassar.”.
- D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
- Seluruh siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
- Guru dapat memahami cara atau upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sistem pembelajaran yang efektif, agar kelemahan-kelemahan yang ada dapat dikurangi sehingga iklim belajar yang kondusif dapat diciptakan.
- Dapat meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran.
- Bagi peneliti, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dari penggunaan metode inkuiri dalam proses pembelajaran tersebut.
- II. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pikir
- A. Tinjauan Pustaka
- 1. Efektifitas pembelajaran
- a. Pengertian efektifitas
Efektifitas berasal dari kata efektif yakni adanya efek (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), dapat membawa hasil dan berhasil guna. Atau dengan kata lain bahwa efektif adalah pengaruh yang dihasilkan, atau yang didapat setelah menggunakan metode tersebut, yang tentu saja diharapkan adalah pengaruh positifnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990).
Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa :
“ Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya”.
Sedangkan pengertian efektivitas menurut Schemerhon John R. Jr. (1986:35) adalah sebagai berikut :
“ Efektifitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya (OA) dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS) disebut efektif ”.
Adapun pengertian efektifitas menurut Prasetyo Budi Saksono (1984) adalah :
4 |
“ Efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input “.
Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.
- b. Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar, yang memiliki arti yaitu aktivitas perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang dimaksud itu nyata memiliki arti yang sangat luas yaitu perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti.
Pengertian Pembelajaran adalah upaya untuk belajar. Kegiatan ini akan mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Sebagaimana hal yang disebutkan oleh Nababan bahwasannya arti pembelajaran adalah nominalisasi proses untuk membelajarkan. Seharusnya pembelajaran bermakna “proses membuat atau menyebabkan orang lain belajar.
Adapun menurut Oemar Hamalik, Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran, dalam hal ini manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, materi meliputi; buku-buku, papan tulis dan lain-lainnya. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas dan audiovisual. prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek belajar, ujian dan sebagainya. Pembelajaran disebut juga sebagai proses perilaku dengan arah positif untuk memecahkan masalah personal, ekonomi, sosial dan politik yang ditemui oleh individu, kelompok dan komunitas.
Dalam hal ini perilaku diartikan sebagai sikap, ide, nilai ,keahlian dan minat individu. Sedangkan arah positif merujuk kepada apa yang meningkatkan diri, orang lain dan komunitas. Pembelajaran memungkinkan individu, kelompok, atau komunitas menjadi entities yang berfungsi, efektif dan produktif di dalam masyarakat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran (proses belajar mengajar) adalah suatu aktifitas (upaya) seorang pendidik yang disengaja untuk memodifikasi (mengorganisasikan) berbagai komponen belajar mengajar yang diarahkan tercapainya tujuan yang ditentukan. Dari istilah proses belajar dan mengajar terdapat hubungan yang sangat erat. Bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling pengaruh-mempengaruhi dan saling menunjang satu sama yang lain adapun tujuan belajar merupakan kriteria untuk mencapai derajat mutu dan efisiensi pembelajaran itu sendiri. Perbuatan belajar adalah proses yang komplek. Proses itu sendiri sulit diamati, namun perbuatan atau tindakan belajar dapat diamati berdasarkan perubahan tingkah laku yang dihasilkan oleh tindakan belajar tersebut.
Pada kenyataannya pembelajaran adalah merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dimana saja tanpa ada ruang dan waktu, karena memang pembelajaran biasa dilakukan kapan saja dan dimana saja, walaupun banyak orang beranggapan bahwa pembelajaran hanya dilakukan disekolah atau lembaga tertentu.
Dari uaraian diatas maka dapat ditarik benang merahnya yaitu pembelajaran merupakan kegiatan perubahan tingkah laku secara kognitif, afektif dan psikomotorik.
Proses pembelajaran meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran (Suryosubroto, 1997:19).
Proses pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Usman, 1990:1).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.
Menurut Sudjana (dalam Suryosubroto, 1997:36), pelaksanaan proses
pembelajaran melalui pentahapan sebagai berikut:
- Tahap Pra Instruksional, yakni tahap yang ditempuh pada saat memulai sesuatu proses pembelajaran.
- Tahap Instruksional, yakni tahap pemberian bahan pelajaran.
- Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut, tahap ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap intrusional.
Mendukung pendapat Sudjana, Hasibuan (dalam Suryosubroto, 1997:38), mengemukakan tahap mengajar sebagai berikut:
- Tahap sebelum pengajaran (menyusun tahunan pelaksanaan kurikulum; program semester atau catur wulan pelaksanaan kurikulum; program satuan pelajaran dan perencanaan program mengajar).
- Tahap pengajaran, yaitu interaksi guru dan siswa (pengelolaan dan pengendalian kelas; penyampaian informasi, dan keterampilan-keterampilan konsep; penggunaan tingkah laku verbal dan non verbal; cara mendapatkan balikan; mempertimbangkan prinsip-prinsip psikologis yaitu motivasi dan keterlibatan siswa; mendiagnosis kesulitan belajar; menyajikan kegiatan sehubungan dengan perbedaan individu; mengevaluasi kegiatan interaksi).
- Tahap sesudah pengajaran (menilai pekerjaan siswa; membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya; menilai kembali proses pembelajaran).
Berdasarkan tahap-tahap pembelajaran menurut Sudjana dan Hasibuan
di atas dapat penulis deskripsikan kemampuan guru yang semestinya dimiliki
oleh setiap guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kemampuan
tersebut antara lain:
- Tahap sebelum pengajaran (pra instruksional), yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai sesuatu proses pembelajaran, meliputi: guru mampu menyusun tahunan pelaksanaan kurikulum; guru mampu membuat program semester atau catur wulan pelaksanaan kurikulum; guru mampu membuat program satuan pelajaran dan perencanaan program mengajar.
- Tahap pengajaran (instruksional), yakni tahap pemberian bahan pelajaran, meliputi: guru mampu mengelola dan mengendalikan kelas; guru mampu menyampaikan informasi, dan keterampilan-keterampilan konsep; guru mampu menggunakan tingkah laku verbal dan non verbal; guru mampu memberikan balikan; guru mampu mempertimbangkan prinsip-prinsip psikologis yaitu motivasi dan keterlibatan siswa; guru mampu mendiagnosis kesulitan belajar; guru mampu menyajikan kegiatan sehubungan dengan perbedaan individu; guru mampu mengevaluasi kegiatan interaksi.
- Tahap sesudah pengajaran (evaluasi dan tindak lanjut), tahap ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap instruksional, meliputi: guru mampu menilaipekerjaan siswa; guru mampu membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya; guru mampu menilai kembali proses pembelajaran.
Ketiga tahap tersebut harus dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran supaya proses pembelajaran tersebut berjalan lancar dan interaksi antara guru dan siswa dapat terjalin dengan baik, dan pada akhirnya tercipta suatu situasi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi siswa.
- 2. Metode Inkuiri
- a. Pengertian metode inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris ” Inquiry”, yang secara harfiah berarti penyelidikan, pertanyaan atau pemeriksaan. Metode inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Metode inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap Sains (Haury, 1993). Dalam makalahnya Haury menyatakan bahwa metode inquiry membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan bahwa metode inquiry tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam Sains saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa.
Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004).
Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inkuiri sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of Resources (Garton, 2005).
- Question, pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa.
- Student Engangement, dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.
- Cooperative Interaction, siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.
- Performance Evaluation, dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
- Variety of Resources, siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya.
Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini ialah :
1) Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.
2) Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran.
3) Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self belief) pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa yaitu :
- Aspek sosial di dalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi
- Penggunaan fakta sebagai evidensi (di dalam dibicarakan validitas dan reabilitas tentang fakta).
Agar kondisi seperti itu tercipta, maka peranan guru sangat menentukan. Guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, sekalipun itu sangat diperlukan. Gulo (2002:86) mengungkapkan peranan utama guru dalam menciptakan kondisi inkuiri adalah sebagai berikut :
- Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir.
- Facilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.
- Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri.
- Administrator, yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.
- Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan.
- Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
- Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa.
Piaget dalam Mulyasa, (2005:108) mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan peserta didik lain. Metode inkuiri merupakan metode penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam;
2) Merumuskan masalah yang ditemukan;
3) Merumuskan hipotesis;
4) Merancang dan melakukan eksperimen;
5) Mengumpulkan dan menganalisis data;
6) Menarik kesimpulan dan mengembangkan sikap ilmiah. yakni : obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, kemauan, dan tanggung jawab.
Dalam pembelajaran dengan inkuiri, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
b. Keuntungan menggunakan metode inkuiri
Pembelajaran dengan inkuiri, siswa didorong untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya sehingga menemukan jawaban. Siswa juga belajar memecahkan masalah secara mandiri dan memiliki keterampilan berpikir kritis karena mereka harus selalu menganalisis dan menangani informasi.
Pengajaran berbasis inkuiri membutuhkan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna. Inkuiri adalah seni ilmu bertanya serta menjawab. Inkuiri melibatkan observasi dan pengukuran, pembuatan hipotesis dan interpretasi, pembentukan model dan pengujian model. Inkuiri menuntut adanya eksperimen, refleksi, dan pengenalan akan keunggulan dan kelemahan metode-metodenya sendiri.
Selama proses inkuiri berlangsung, seorang guru dapat mengajukan pertanyaan atau mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan bersifat open-ended, memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki sendiri dan mencari jawaban sendiri (tapi tidak hanya satu jawaban yang benar)
7
- c. Manfaat metode inkuiri bagi siswa
Manfaat metode inkuiri bagi siswa diantaranya memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang nyata dan aktif kepada siswa. Siswa diharapkan mengambil inisiatif. Mereka dilatih bagaimana memecahkan masalah, membuat keputusan, dan memperoleh keterampilan. Inkuiri memungkinkan siswa dalam berbagai tahap perkembangannya bekerja dengan masalah-masalah yang sama dan bahkan bekerja sama mencari jawaban terhadap masalah-masalah. Setiap siswa harus memainkan dan memfungsikan talentanya masing-masing.
Inkuiri memungkinkan terjadinya integrasi berbagai disiplin ilmu. Ketika siswa melakukan eksplorasi, mereka akan mangajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan melibatkan sains dan matematika, ilmu sosial, bahasa, seni dan teknik. Ketika menggunakan teknik inkuiri, guru tidak boleh terlalu banyak bertanya, berbicara dan menjawab karena akan mengurangi proses belajar siswa melalui inkuiri, dengan demikian untuk bertanggung jawab pada pendidikan mereka sendiri. Guru yang menaruh perhatian, akan menemukan kegiatan-kegiatan yang disukai siswa, juga hal-hal yang baik yang ada dalam diri siswa-siswanya, dan kesulitan-kesulitan yang mengganggu siswa dalam proses belajar. Guru dituntut menyesuaikan diri dengan gaya belajar siswa-siswanya.
- d. Siklus inkuiri
Inkuiri dimulai dengan observasi yang menjadi dasar pemunculan berbagai pertanyaan yang diajukan siswa. Jawaban terhadap pertanyaan tersebut dikejar dan diperoleh melalui siklus pembuatan prediksi, perumusan hipotesis, pengembangan cara-cara pengujian hipotesis, pembuatan observasi lanjutan, penciptaan teori-teori dan model-model konsep yang didasarkan pada data pengetahuan. Inkuiri menciptakan berbagai kesempatan bagi guru untuk mempelajari bagaimana otak siswa bekerja. Guru dapat memanfaatkannya untuk menentukan situasi-situasi belajar yang tepat dan memfasilitasi siswa dalam proses pencarian ilmu.
- e. Inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
Pada proses inkuiri siswa belajar dan dilatih bagaimana harus berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan salah satu tujuan pendidikan. Ketika siswa belajar berpikir kritis, mereka akan memperlihatkan pikiran-pikiran dan proses-proses sebagai berikut :
1) Mengajukan pertanyaan seperti “Bagaimana itu kita tahu”? atau “Apa
buktinya ?”
2) Mengetahui perbedaan antara observasi dan kesimpulan.
3) Mengetahui bahwa semua gagasan ilmiah dapat berubah dan teori-teori yang ada adalah teori-teori yang terbaik berdasarkan bukti yang dimiliki saat ini.
4) Mengetahui bahwa diperlukan bukti yang cukup untuk menarik kesimpulan yang kuat.
5) Memberi penjelasan atau interpretasi, melakukan observasi dan/atau prediksi.
6) Selalu mencari konsistensi terhadap kesimpulan-kesimpulan yang diambil dan memberikan penjelasan dengan rasa percaya diri.
Salah satu tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, membuat keputusan rasional tentang apa yang diperbuat atau yang diyakini. Belajar berpikir kritis memerlukan latihan. Siswa dapat diberikan sejumlah dilema (dua pilihan yang sulit), argumen logis dan tidak logis (masuk akal), iklan yang valid dan menyesatkan, dan sebagainya. Pengajaran efektif tentang berpikir kritis bergantung pada penataan suasana kelas yang mendorong penerimaan pandangan yang berbeda dan diskusi bebas. Tatanan itu seharusnya lebih menekankan pada pemberian alasan atau pandangan dari pada hanya memberikan jawaban benar. Keterampilan berpikir kritis paling balk dicapai bila dihubungkan dengan topic-topik yang dikenal siswa. Tujuan pengajaran berpikir kritis adalah menciptakan semangat berpikir kritis yang mendorong siswa mempertanyakan apa yang mereka dengar dan mengkaji pikiran mereka sendiri untuk memastikan tidak terjadi logika yang tidak konsisten atau keliru.
- 3. SISTEM PELUMASAN
Sistem pelumasan adalah suatu sistem pengaliran bahan pelumas pada komponen-komponen mesin yang saling bergesekan saat mesin mulai hidup, permukaan komponen-komponen yang saling bergesekan itu dilapisi oleh pelumas sehingga tidak terjadi kontak langsung pada komponen-komponen
tersebut.
Lima kondisi yang mengotori oli pelumas engine :
- Kotoran karbon dari pembakaran engine.
- Debu dan kotoran yang terbawa masuk ke engine oleh oleh udara atau bahan bakar.
- Bagian yang halus dari logam, merupakan hasil dari keausan engine, menjadi bercampur dengan oli.
- Bahan bakar liar dan pembakaran menghasilkan kebocoran melalui ring-ring piston kedalam ruang engkoll.
- Kondensasi / pengembunan air dari udara yang melalui engine.
Bagian-bagian sistem pelumasan:
- Karter atau panci oli terletak pada bagian bawah engine untuk menyimpan oli yang diperlukan untuk pelumasan engine.
- Tutup pengisi oli ketika dibuka, menyediakan sebuah ruang yang memungkinkan oli dapat dimasukan kedalam engine.
- Tongkat kedalaman merupakan batang yang dapat dicabut dengan mudah yang digunakan untuk menjelaskan jumlah oli engine dengan benar.
- Pompa oli mensirkulasikan oli engine ke komponen-komponen engine untuk memberikan pelumasan kepada bagian-bagian yang bergerak sehingga mecegah keausan akibat gesekan.
- Katup pembebas tekanan oli memungkinkan takanan oli yang berlebihan untuk kembali ke panci oli, termasuk ketika engine dingin (oli pekat), untuk mengurangi kemungkinan kerusakan komponen-komponen sistem pelumasan.
- Saringan oli dipasangkan untuk menghalangi partikel-partikel kotoran terbawa masuk oleh oli engine yang dapat menimbulkan kerusakan engine. Katup By-pass dipasangkan yang memungkinkan oli tidak tersaring dan masuk ke engine dengan jalan pintas ketika saringan buntu/ penuh klotoran.
- Saluran Serambi Utama dan pipa-pipa, sebagai dipelumas menuju engine.
- Indikator tekanan oli dirancang untuk memberi sebuah peringatan jika tekanan oli pelumas turun dibawah tekanan yang diperlukan untuk kerja engine yang efektif.
- Pendinginan oli sesuatu yang dipasang untuk mendinginkan oli pelumas dengan memindahkan kelebihan panas dengan pendingin udara yang dilewatkan pada inti pendingin.
10. Katup Ventilasi Ruang Engkol (Positif Crankcase Ventilation (PCV)) dirancang untuk membuang kebocoran asap yang dihasilkan oleh pembakaran-pembakaran yang masuk keruang engkol. Asap ini dihasilkan karena tekanan pada engine yang meningkat, dihasilkan karena kebocoran perapat oli pada silinder.
- B. KERANGKA BERPIKIR
Guru merupakan komponen yang memegang peranan penting dan utama dalam proses pembelajaran. Kemampuan guru menciptakan lingkungan/ suasana yang menarik dan menyenangkan bagi peserta didik akan menentukan kualitas dan hasil pembelajaran. Pembelajaran harus memberikan pengalaman yang bervariasi dengan metode yang efektif dan bervariasi, Serta harus minat dan kemampuan peserta didik.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran harus dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menentukan pada interaksi peserta didik. Dalam melaksanakan proses pembelajaran guru harus menggunakan strategi sebagai salah satu komponen dari pembelajaran termasuk juga strategi penggunaan metode inkuiri.
Keberhasilan guru dalam menyampaikan meteri yang pada akhirnya dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran yang digunakan. Metode inkuiri dapat menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan, karena dengan metode inkuiri dapat memacu keinginan siswa untuk mengetahui lebih dalam tentang materi pelajaran serta memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang nyata dan aktif. Silswa diharapkan mengambil inisiatif dalam proses pembelajaran. Mereka juga dilatih bagaimana memecahkan masalah, membuat keputusan dan memperoleh teterampilan.
Strategi pembelajaran inkuiri sosial (social science inquiry) dikembangkan oleh (Massialas dan Cox, 1996). Pemilihan strategi pembelajaran inkuiri sosial untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran sosial karena:
- Strategi ini khusus dirancang untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah-masalah sosial.
- Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi ini terbukti efektif meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah-masalah sosial (joice dan weil, 1992).
- Strategi ini merupakan sinkronisasi antara teori mengajar dan teori belajar, yang memiliki prosedur yang sistematis dan mudah ditrapkan oleh pengajar.
Penelitian Pribadi dan Tutik Yuliati (2004) dengan judul Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Kelas II Jurusan Teknik Bangunan SMK Negeri I Singosari Malang Melalui Model Mengajar Inkuiri Dalam Memecahkan Soal-Soal Pada Mata Pelajaran Konstruksi Beton, menyimpulkan sebagai berikut:
- Penerapan model mengajar inkuiri dalam pembelajaran konstruksi beton di SMK Negeri I Singosari Malang, dapat meningkatkan hasi pembelajaran. Hal ini terlihat dari kecermatan dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal konstruksi beton, yakni dari kemampuan dan keterampilan siswa dalam (a) penyajian masalah, (b) pengumpulan data verifikasi, (c) pengumpulan data eksperimentasi, (d) organisasi data formulasi kesimpulan, dan (e) analisis proses inkuiri.
- Penerapan model belajar inkuiri dalam mata pelajaran Konstruksi Beton mampu mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas II Jurusan Bangunan Gedung SMK Negeri I Singosari Malang.
Penelitian lain tentang metode inkuiri telah banyak dilakukan di Indonesia, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa model inkuiri secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan sekaligus meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
- C. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan deskripsi teori sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan metode Inkuri dapat meningkatkan mutu pembelajaran sistem pelumasan mesin pada siswa kelas XI Jurusan Otomotif SMK Negeri 5 Makassar.
III. METODE PENELITIAN
- A. SUBJEK, LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
- Subjek penelitian adalah siswa kelas XI otomotif SMK Negeri 5 Makassar.
- Lokasi penelitian SMK Negeri 5 Makassar.
- waktu penelitian direncanakan 5 minggu, mulai 19 Juli 2010 sampai dengan 22 Agstus 2010.
- JENIS PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dan cara pelaksanaannya meliputi 4 tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
- C. PERENCANAAN TINDAKAN
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus pada semester ganjil yaitu :
- Siklus I berlangsung selama 3 kali tatap muka dalam waktu 3 minggu 24 jam x 45 menit.
- Siklus II berlangsung selama 2 kali tatap muka dalam waktu 2 minggu 16 jam x 45 menit.
22 |
Siklus I | Perencanaan | 1. melakukan rencana persiapan pembelajaran tentang mata diklat sistem pendingin mesin.
2. merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran. 3. menentukan pokok bahasan/ sub kompetensi. 4. membuat/ mengembangkan scenario pembelajaran, scenario pembelajaran tiap pertemuan. 5. membuat/ mengembangkan lembar observasi untuk mengamati dan mengidentifikasi segala yang terjadi selama pembelajaran dikelas, antara lain : daftar absensi dan keaktifan / kesungguhan siswa dalam proses pembelajaran. 6. Menyiapkan sumber belajar. 7. Membuat/ mengembangkan format alai evaluasi untuk melihat kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal berdasarkan materi yang diberikan. |
Tindakan | 1. menerapkan tindakan yang mengacu pada scenario pembelajaran | |
Pengamatan | 1. Melakukan observasi dengan memakai format observasi.
2. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format penilaian. |
|
Refleksi | 1. Merefleksikan setiap hat yang diperoleh melalui lembar observasi. 2. Menilai dan mempelajari perkembangan hasil pekerjaan siswa dalam bentuk kelompok dan individu yang diberikan selama siklus 1, serta nilai akhir siklus 1. 3. memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat refleksi atau tanggapan tertulis ataupun saran-saran perbaikan atas : metode pembelajaran yang diberikan, dan kegiatan belajar mengajar yang mereka alami. 4. melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi : evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan. 5. melakukan pertemuan dengan team pengajar untuk membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran, dll. 6. memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya. |
|
Siklus II | Perencanaan | 1. dari hasil refleksi serta tanggapan yang diberikan siswa pada siklus I, guru menyusun rencana baru untuk dibuat tindakannya, antara lain : mengawasi siswa lebih tegas, memberikan teguran epada siswa yang kurang disiplin.
2. memberikan motivasi agar siswa dapat lebih baik bergairah dan senang belajar baik secara kelompok maupun secara individual. 3. identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah. 4. mengembangkan program tindakan II. |
Tindakan | 1. dalam tahapan tindakan ini adalah tindakan yang akan dilaksanakan di setiap tatap muka.
2. pelaksanaan program tindakan II. |
|
Pengamatan | 1. observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Mencatat setiap yang dialami oleh siswa, situasi dan kondisi belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang sudah di buat dalam hal ini menyangkut kehadiran siswa, perhatian, dan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
2. pengumpulan data tindakan II. |
|
Refleksi | 1. menilai dan mempelajari perkembangan hasil pekerjaan siswa siklus II, serta nilai akhir siklus II.
2. mengamati dan mencatat perkembangan-perkembangan atau hal-hal yang dialami siswa selama berlangsungnya pembelajaran, hasil pekerjaan siswa selama siklus II, serta nilai akhir siklus II. 3. memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat refleksi atau tanggapan tertulis ataupun saran-saran perbaikan atas ; metode pembelajaran yang diberikan, dan kegiatan belajar mengajar yang mereka alami. 4. evaluasi tindakan II. |
- D. PELAKSANAAN TINDAKAN
- 1. Implementasi dan Observasi
Dalam tahap ini diawal pertemuan guru menjelaskan kepada siswa tentang metode pembelajaran yang akan digunakan, kemudian memulai proses pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya, sekaligus mengobservasi berbagai fenomena/ kejadian yang terjadi selama proses pelaksanaan kegiatan.
Tabel 2. Aliran Kegiatan Belajar Mengajar.
KEGIATAN SISWA | SINTAKS ALIRAN KEGIATAN | KEGIATAN GURU | KETERANGAN |
Mendengar, mempertanyakan, mengusulkan | Pengantar singkat tentang konten dan prosedur | Memberi penjelasan tentang konten dan prosedur kerja | Menentukan batas waktu. |
Masuk ke dalam
Kelompok |
Membentuk
Kelompok |
Mengorganisa
si fasilitas dan kelompok |
Menjajaki cara
Kelompok |
Menjelaskan tujuan | Klarifikasi tujuan | Membantu, mengamati, mengarahkan | |
Membaca, bertanya, mengamati, membuat catatan, meneliti, mengorganisasi data | Kerja individual | Menganjurkan, memberi fasilitas dan bimbingan | Saling membantu antar siswa |
Analisis data, kesimpulan individual | Laporan pada kelompok | Menganjurkan, memberi fasilitas dan bimbingan | Saling membantu antar siswa |
Sharing pertemuan, kritik, mengambil catatan, kesimpulan, pendahuluan. | Diskusi kelompok | Menganjurkan, memberi fasilitas dan bimbingan | Saling membantu antar siswa |
Menulis laporan kelompok antar siswa | laporan kelompok | Memberi bantuan | Saling membantu |
Menanggapi dan bertanya | Diskusi kelas | Memantau, membantu mengelola kelas | Memimpin diskusi |
Tanya jawab, catat | Rangkuman | Sintesis, menyimpulkan | Memimpin diskusi |
Memberi saran | Tindak lanjut | Menentukan tindak lanjut berdasarkan hasil diskusi | Memimpin diskusi |
Observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Mencatat setiap hal yang dialami oleh siswa, situasi dan kondisi belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang sudah dibuat, dalam hal ini mengenai kehadiran siswa, perhatian dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Pada saat observasi ini perlu membuat jurnal harian. Hasil pekerjaan beberapa siswa juga perlu diamati.
- 2. Analisis dan Evaluasi
Dalam tahap ini dilaksanakan evaluasi secara keseluruhan baik hal-hal yang terjadi selama proses pelaksanaan maupun aspek-aspek yang terkait dengan perencanaan.
- a. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
- Observasi mengenai perubahan sikap, kehadiran, dan keaktifan siswa di dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang diambil dengan cara pengamatan dan observasi.
- Evaluasi tentang hasil belajar sistem pelumasan mesin diambil dari hasil tes akhir satu (1) dan tes akhir siklus dua (II).
- Alat pengumpul data menggunakan format /Check lis, dan tes tertulis dalam bentuk essay test.
- b. Analisa Data.
Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif.
- Analisis data kualitatif dilakukan dengan menyimpulkan intisari dari data yang disajikan dan telah terorganisasikan dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang singkat.
- Analisis kuantitatif, berupa tabulasi dan rata-rata hasil evaluasi siklus I dan II.
Digunakan untuk data tunggal tanpa frekuensi.
– Rata-rata
– = data ke i
– = banyaknya siswa yang diteliti
– Modus (Mo) = frekuensi data terbanyak
– Median (Me) = nilai tengah setelah data diurut
– Simpangan baku (S) =
- c. Evaluasi.
Hasil analisis Evaluasi dimaksudkan untuk memperoleh informasi atau balikan dari proses kegiatan penelitian yaitu menilai tahap perencanaan, observasi dan pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah sebagai berikut :
- Apakah proses penelitian sudah berjalan secara efektif, sesuai dengan indikator keberhasilan atau belum.
- Apakah keterlaksanaan tindakan sudah memenuhi kriteria dan aspek-aspek yang harus dilakukan oleh peneliti maupun siswa pada setiap siklus.
- Apakah hasil belajar siswa yang dicapai pada setiap siklus sudah sesuai dengan harapan yang diinginkan atau belum.
- 3. Refleksi
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap refleksi adalah :
- Merefleksikan setiap hal yang diperoleh melalui lembar observasi, yakni keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok dan tugas individu.
- Menilai dan memperbaiki perkembangan hasil pekerjaan siswa dalam bentuk kelompok dan individu yang diberikan selama siklus I, serta nilai terkahir siklus II
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat refleksi atau tanggapan tertulis ataupun saran-saran perbaikan atas metode pembelajaran yang diberikan dan kegiatan belajar mengajar yang mereka alami. Untuk selanjutnya dibuat rencana perbaikan dan penyempurnaan siklus I pada siklus berikutnya.
- 4. Perencanaan Tindak Lanjut
Perencanaan tindak lanjut dilaksanakan dengan memperhatikan hasil refleksi. Kelemaan-kelemahan yang terjadi baik pada siswa, suasana kelas maupun guru, dilakukan perbaikan untuk mencapai keberhasilan seperti yang diharapkan pada siklus berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995. New step 1, Training Manual. Jakarta: PT. Toyota Astra Motor
Danfar. 2009. Pengertian efektifitas http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/ pengertian-efektifitas/ (online) tgl 4 april 2010 Pukul 23.05 wita
Darmawang. 2007. Modul Strategi Pembelajaran Kejuruan. Makassar: Penerbit UNM
Iwan. 2008. Metode Megajar Inkuiri http://iwanps.wordpress.com/2008/04/17 metode-mengajar-inkuiri/ (online) tgl 19 maret 2010 Pukul 21.15 wita.
Majid, Abd. 2006. Perencanaan pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Mannan, Abd. 2006. Penelitian tindakan kelas. Makassar: Fakultas Teknik UNM.
Mulyasa. 2005. Implemenasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Pareang, 2007. Meningkatkan efektifias pembelajaran system pendingin mesin dengan menggunakan metode inkuiri di SMK Kr. Harapan Rantepao. Skripsi FT UNM Makassar. Tidak Diterbitkan
Salim, Machrus. 2008. Efektifitas Pembelajaran Bahasa Arab dengan Kitab Madarij al-Durus al-Arabiyyah di Pondok Pesantren Ilmu Al-Qur’an Singosari Malang.Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN SUNAN AMPEL. Tidak diterbitkan
Sattu, Simon. 2007. Peningkatan efektifitas Pembelajaran Sistem Pengisian Baterai dengan Menggunakan Metode Inkuiri di SMK Kr. Harapan Rantepao. Skripsi FT UNM. Tidak Diterbitkan
Starawaji. 2009. Efektivitas pembelajaran http://starawaji.wordpress.com/2009/ 03/01/efektivitas-pembelajaran/ (online) tgl 31 maret 2010 Pukul 20.05 wita.